Tak banyak yang mengetahui bahwa tugu mirip pensil yang terletak di tengah jalan Siliwangi Kota Cirebon atau tepatnya di depan Alun-alun Kejaksan merupakan tugu peringatan proklamasi kemerdekaan.
Cirebon memiliki catatan sejarah tersendiri dalam perjuangan mencapai kemerdekaan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pertama kali dibacakan di Cirebon atau tepatnya dua hari sebelum pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 yang hingga kini menjadi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam Buku Peringatan 50 Tahun Kota Besar Cirebon yang dibuat oleh Panitia HUT Cirebon, tercatat proklamasi tersebut benar adanya dan secara langsung dituliskan dalam Bab Simpang Siur dalam Revolusi.
Pada bab khusus tersebut, tercatat perjuangan untuk pelaksanaan proklamasi kemerdekaan bangsa tidak hanya terjadi di Jakarta. Pemuda-pemuda Cirebon pun ikut berjuang dan mengadakan persiapan memerdekakan Indonesia. Persiapan untuk menyambut proklamasi tersebut dipimpin oleh dokter Soedarsono yang saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Kesambi (sekarang RSUD Gunung Jati).
Beberapa tokoh lain seperti Sugra cs, Sastrosuwirjo dan Manadi cs ikut berjuang untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Meski tampak terjadi dua golongan, namun pelaksanaannya bersamaan. Kedua golongan tersebut mempunyai cukup kekuatan seperti dr Soedarsono yang notabene menginduk pada Koperasi Rakyat Indonesia dan Pendidikan Nasional Indonesia/PNI Pendidikan, sedangkan Sastrosuwirjo pada Barisan Pelopor. Untuk hubungan jaringan Cirebon ke Jakarta dilakukan melalui Sutan Sjahrir ataupun melalui Markas Menteng 31 yang dipimpin oleh Surkani dan Chaerul Saleh.
Aktivis pemuda Cirebon tersebut melakukan proklamasi kemerdekaan RI di Alun-alun Kejaksan setelah mendengar kabar Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945. Karena tidak ingin terus dijajah, maka cepat-cepat dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 15 Agustus 1945 atau lebih cepat dua hari dari Proklamasi RI di Jakarta.
Literatur lainnya, juga menyebutkan hal serupa. Dalam sebuah makalah yang dibuat oleh Panitia Peneliti Monumen Perjuangan Kota Cirebon yang diketuai Sudibyo Pusponegoro pada Desember 1976, menyebutkan terjadinya Proklamasi 15 Agustus 1945 di Cirebon.
Dalam literatur tersebut juga dituliskan kekalahan Jepang dari sekutu menjadi motivasi kuat untuk dilaksanakannya proklamasi sesegera mungkin. Angkatan muda tersebut sudah menyusun kekuatan sejak setehun sebelumnya ditandai dengan dilaksanakannya rapat umum di Gedung Rex di kawasan Cangkol. Dalam rapat tersebut hadir sebagai pembicara adalah Dr Mohamad Toha yang menyerukan,” Merdeka Sekarang Juga.”
Dalam perjuangan sebelum proklamasi tersebut angkatan muda terus menerus menjalin hubungan dengan Jakarta, di antaranya adalah dr Soedarsono dan Suroto yang menjadi penghubung informasi.
Kemudian 13 Agustus 1945 Daini Dancho Zainal Asikin yang dirawat di Rumah Sakit Kesambi kamar nomor 9 mengadakan pertemuan dengan sekitar 20 orang untuk memutuskan bahwa pada 14 Agustus 1945 pukul 22.00 akan melaksanakan serangan besar terhadap Jepang, tetapi komando terakhir tidak sampai karena Jakarta tidak memberikan lampu hijau.
Menjelang pecahnya proklamasi atau setelah adanya berita positif kekalahan Jepang, maka secara spontan pemuda dan rakyat Cirebon melakukan penyerbuan ke kantor-kantor pemerintahan Jepang untuk merebut dan menyerahkan kekuasan Jepang kepada RI dengan aparat pemerintahan Jepang saat itu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Indonesia.
Namun berita proklamasi di Jakarta pada 17 Agustus 1945 baru diterima masyarakat Cirebon pada 18 Agustus 1945 pukul 16.00, sesaat setelah diterimanya informasi tersebut diadakan rapat umum di Alun-alun Kejaksan dan diteruskan dengan pawai keliling kota dan malam harinya langsung dibentuk Karisedenan Cirebon yang bertempat di Perguruan Tinggi Taman Siswa yang dimulai sejak pukul 20.00 dan baru berakhir pukul 05.00 pagi esok harinya.(*)
Post a Comment for "15 Agustus 1945 Cirebon Lebih Dulu Merdeka"